Di saat ramadan di Jepang, ada hal yang saya nantikan selain berbuka puasa. Adalah oleh-oleh cerita dari sekolah anak-anak yang membuat saya kepo. Saya ingin tahu sekali tentang apa saja tanggapan kawan-kawan anak saya ketika dirinya berpuasa. Dia tidak membawa minum, juga tidak membawa bekal makan siang. Sementara teman-teman Jepangnya, setiap jam makan siang asyik mengudap aneka makanan dari sekolah yang saya yakin baunya sangat menggoda anak saya yang sedang berpuasa.
Malam itu, anak sulung saya mengoceh panjang seperti burung yang riang menyambut musim semi. Cerita yang ia lontarkan tak berhenti. Selain karena ia sudah kenyang berbuka, pastinya ada hal yang perlu disampaikan kepada mamanya terkait pengalamannya di sekolah. Ada salah satu kalimat yang mengejutkan saya.
“Mama, tadi temanku bilang gini. Kamu puasa lama sekali apa tidak mati?”
Sebenarnya, apa yang terjadi pada tubuh kita saat berpuasa? Secara alami, tubuh kita sesungguhnya sudah terbiasa berpuasa. Setelah delapan jam kita makan, saat itulah perut kita kosong dan bisa dikatakan kita sedang berpuasa. Tubuh kita memasuki waktu puasa setelah usus selesai menyerap nutrisi dari makanan.
Dalam keadaan normal, glukosa yang disimpan di hati dan otot adalah sumber energi utama tubuh. Selama puasa itu pula, simpanan glukosa dalam tubuh digunakan untuk energi kita. Ketika glukosa telah habis, maka lemak yang menjadi sumber energi berikutnya ketika perut kita sedang kosong. Setelah lemak habis, maka energi selanjutnya yang digunakan oleh tubuh adalah protein.
Orang yang berpuasa ramadan tidak akan sampai ke tahap memecah protein, sebab kita berbuka puasa setiap hari sebelum datangnya malam. Menurut publikasi “Ramadan Health Guide” dari Communities in Action, orang yang berpuasa ramadan tidak akan sampai ke tahap kelaparan. Arti kelaparan adalah saat energi yang digunakan tubuh berasal dari protein disebabkan cadangan glukosa dan lemak telah habis. Kecuali memang orang tersebut puasa berhari-hari hingga tubuh lemas dan kurus. Itulah yang disebut dengan kelaparan dan kondisi yang tidak sehat.
Dalam berpuasa, Allah tetap memberikan kita waktu untuk makan, maka tidak mungkin orang yang berpuasa ramadan akan mati. Puasa ramadan hanya berlangsung dari fajar hingga senja. Ada banyak kesempatan untuk mengisi kembali energi tubuh sebelum terbitnya fajar.
Ketika berpuasa, tubuh menggunakan lemak sebagai energi. Hal ini dapat membantu penurunan berat badan, menjaga otot, serta dalam jangka waktu panjang dapat mengurangi kadar kolesterol. Lebih dari itu, adanya penurunan berat badan dapat pula mengontrol diabetes. Ketika lemak dari tubuh dikeluarkan, yang terjadi pada tubuh adalah proses detoksifikasi, yaitu mengeluarkan setiap racun yang tersimpan dalam lemak.
Sungguh ada keajaiban dalam berpuasa bukan? Jadi, anggapan teman dari anak sulung saya yang notabene anak Jepang nonmuslim tersebut salah. Puasa tidak menyebabkan kematian, justru puasa berguna bagi kesehatan.