japanalivestory

Berdampingan dengan Kehidupan Masyarakat Jepang

Keberadaan masjid di negeri minoritas muslim menjadi cahaya penerang khususnya bagi umat muslim. Senyum mengembang kala dapat tinggal di Jepang dengan propinsi yang telah berdiri sebuah masjid. Ada rasa syukur yang lebih ketika muslim dapat diizinkan beribadah tanpa diganggu.

Mungkin kita selama ini lupa. Ada satu kenikmatan saat beribadah, yaitu kebebasan. Tanpa diteror, tanpa diancam, tanpa diinterogasi. Buka mata, berapa banyak saudara muslim di belahan bumi lain yang akan beribadah saja harus dijaga ketat dengan senjata. Memiliki keimanan saja harus diinterogasi. Sedangkan kita? Bebas. Masyaallah.

Beribadah tanpa diteror adalah sebuah kenikmatan besar tinggal di Jepang. Saya merasakan ada sikap toleransi yang diberikan orang Jepang kepada umat beragama. Bukankah agar kita dapat hidup rukun dan damai, maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memberikan perhatian pada pihak lain?

Mahasiwa muslim dapat dengan bebas salat jumat. Anak-anak dapat menjalankan puasa di sekolah. Jika hari raya pun dapat izin untuk melaksanakan salat Ied di pagi hari. Di wilayah kampus, dibuatkan juga musala kecil. Sebenarnya hanya ruangan dengan diberi alas peninggi yang dikhususkan untuk salat. Awal mula musala kecil ini dibuat disebabkan mahasiswa yang terbiasa salat di tempat kecil pojok ruangan. Bukan ruangan yang dikhususkan untuk salat, tetapi ruang kerja yang merangkap sebagai tempat salat. Melihat hal ini, pihak kampus kemudian dengan rasa toleransinya yang tinggi, membuatkan ruang khusus untuk salat tadi. Ruangan yang dilengkapi jam azan juga petunjuk arah kiblat.

Sebagai timbal balik, muslim yang memiliki adab baik tentu harus tahu aturan. Jepang adalah tipe masyarakat yang menyukai kesunyian dan kerapihan. Sebisa mungkin perilaku kita pun harus mengikuti adab kebiasaan masyarakat setempat. Seperti peribahasa yang selama ini telah beredar bahwa di mana bumi dipijak maka di situ pula langit dijunjung. Hendaklah kita mengikuti aturan dan adat yang diamalkan pada tempat di mana kita berada.

Aturan parkir kendaraan misalnya. Orang Jepang sangat ketat dalam urusan parkir mobil. Tidak diperkenankan orang yang memiliki kendaraan memarkirkan mobilnya sembarangan. Orang Jepang memiliki sifat tak mau mengganggu sesama. Pernah suatu ketika saat tiba waktu salat, terdapat jamaah yang tergesa-gesa takut terlambat salat, kemudian ia memarkirkan kendaraannya sembarangan. Tempat parkir di Jepang sudah ada tanda kepemilikan maka kita harus jeli mencari tempat mana saja yang masih dapat kita sewa. Adanya sikap ceroboh jamaah, imam masjid sampai harus didatangi oleh orang Jepang dan mengatakan tentang kesalahan fatal tersebut. Sang imam dengan keras kemudian mengingatkan kepada jamaah agar jangan sampai keberadaan kaum muslim mengganggu orang Jepang. Ingatlah bahwa kita menumpang di negeri orang. Sebaiknya muslim harus dapat berdampingan dengan kehidupan masyarakat Jepang.

Lokasi Masjid Fukuoka berdampingan dengan pet cemetery, tempat kremasi binatang, khususnya anjing dan kucing. Watak orang Jepang adalah penyayang binatang terlebih pada dua binatang tersebut. Merawat anjing diibaratkan seperti memiliki anak manusia, maka tak mengherankan jika anjing di Jepang diperlakukan mirip dengan bayi. Diberi pakaian, dinaikkan stroller, diajak jalan-jalan, diantar dengan mobil, dan seterusnya. Jika sang anjing mati, maka si empunya akan melakukan kremasi layaknya manusia yang meninggal. Mayat binatang juga dilakukan pembakaran sehingga menjadi abu, persis seperti orang Jepang yang meninggal. Rasa sayang pada binatang ini tentu harus dihargai meskipun muslim tidak melakukan hal seperti orang Jepang. Muslim memiliki prinsip yang berbeda dengan orang Jepang, namun bukan berarti kita lalu menghinanya.

Pernah ada satu kejadian, salah satu mobil jamaah menabrak tembok tempat kremasi anjing di depan masjid. Terjadilah permasalahan hingga akhirnya Masjid Fukuoka harus dijaga ketat oleh polisi saat ada kegiatan salat berjamaah. Keberadaan polisi tak lain adalah untuk menjaga ketertiban jamaah agar tak mengganggu pet cemetery tersebut. Terkadang juga dikarenakan rasa kangen lama tak berjumpa dengan saudara sesama muslim lalu jamaah mengeluarkan suara keras, berkumpul di depan masjid dengan suara yang ramai. Sikap ini tentu sangat mengganggu bagi orang Jepang. Pertama lingkungan menjadi bising. Kedua, pet cemetery tersebut butuh kesunyian. Namanya kremasi tentu ada upacara tertentu yang memerlukan keheningan.

Hingga saat ini polisi masih terus berjaga di sekitar masjid semata demi menjaga ketertiban tadi. Bukan dalam rangka melarang umat muslim beribadah, namun lebih kepada mencegah suara bising atau kejadian lain yang tidak diinginkan. Profil polisinya sangat ramah dan tak lelah mengatur kami umat muslim yang sering banyak khilafnya ini. Saya pribadi merasa trenyuh dan terharu akan kesabaran dan toleransi bapak polisi tersebut. Dalam menjalankan tugasnya yang melelahkan itu, beliau masih menyematkan senyuman setiap kami lewat usai melaksanakan salat hari raya atau hari jumat. “Terimakasihmas,” sapanya dengan peluh yang terlihat menetes. Akhiran “mas” ia tambahkan seperti ucapan “arigatou gozaimas”. Mendengarnya antara lucu dan terharu.

Kesalahan yang dilakukan pendatang muslim tak membuat Jepang melarang kami beribadah. Dari pemberitaan, jumlah masjid baru pun selalu bertambah. Kebanyakan masjid berasal dari bangunan rumah atau apartemen yang kemudian disulap menjadi tempat salat dan islamic community center. Meskipun ada juga masjid yang dibangun sejak awal berbentuk tempat ibadah (bukan rumah). Apa pun bentuknya, asalkan ada tempat yang diizinkan untuk beribadah, pastilah muslim bahagia. Berada jauh di perantauan dan menumpang di negeri orang yang pada akhirnya dapat menemukan masjid laksana penghangat di badai salju yang beku.

Standard

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s