Ichigo Ichie

Momen tak Terduga

Adalah sebuah tantangan saat kita bisa mencintai sesuatu yang dulunya pernah kita benci. Hal yang sulit dilakukan apabila hati seseorang tidak lapang. Kunci mencintai ya menyukai terlebih dahulu. Tetapi bagaimana jika keadaannya berkebalikan? Mencintai namun diawali dengan membenci. Sulit memang. Tapi bukan berarti tidak mungkin.

Ada seorang gadis yang sangat tidak menyukai kegiatan cuci piring. Apabila sang ibu memintanya membantu di dapur untuk membersihkan piring bekas makan, pastilah anak gadis itu menggerutu. Seiring berjalannya waktu, sang gadis telah menjelma menjadi seorang ibu. Pergi jauh mengikuti kemana pun sang suami ditempatkan bekerja. Ia tak lagi berdekatan dengan ibunya. Dengan kata lain, ia harus mandiri, melakukan segala sesuatunya sendiri, termasuk kegiatan cuci piring tadi. Ya mau tidak mau ia harus berkawan dengan barang-barang kotor. Meski awalnya ia terpaksa melakukannya, lambat laun kegiatan mencuci piring adalah hal yang biasa baginya. Bisa dikatakan, ia tak lagi membencinya. 

Ada seorang wanita yang sangat berambisi menjadi wanita karier. Tahun demi tahun ia jalani dan ada rasa bangga yang membuncah dalam hatinya. Suatu saat apa yang ia banggakan tadi haruslah kandas di tengah jalan. Ia banting setir, bukan lagi menjadi siapa-siapa. Adanya tuntutan sebagai ibu yang harus di rumah, mengingat tidaklah mungkin meninggalkan buah hatinya untuk dijaga oleh orang lain kecuali ibunya. Maka keputusan untuk menjadi ibu rumah tangga pun ia ambil. Bekerja di perusahaan yang dulu ia banggakan bukan lagi menjadi kepuasan diri. Tak terbayangkan sebelumnya bahwa ia akan menjadi ibu rumah tangga. Keadaan berbalik, ada rasa sakit di hatinya disebabkan karena ia tak lagi menjadi wanita bekerja. Waktu pun berlalu. Berawal dari luka dan terpaksa, sang wanita tadi perlahan mencintai pekerjaannya yang hanya di rumah saja.

Dua gambaran di atas bisa kita renungi bersama. Betapa satu hal yang awalnya keterpaksaan, setelah dibiasakan akan berubah menjadi hal yang dicinta. Hati manusia itu ada pemegang kendalinya. Maka perlu waspada dan secukupnya saja dalam membenci dan mencinta. Bisa jadi awalnya kita sangat cinta dan kemudian berubah jadi benci. Atau bisa jadi awalnya kita sangat benci lalu berubah jadi suka. 

Di awal, gadis tadi mengira bahwa selamanya dia tidak akan cuci piring. Di awal, wanita tadi mengira bahwa selamanya ia akan menjadi wanita karier. Keduanya lupa dan tak sadar bahwa semua hal tak akan abadi. Bukti bahwa pengetahuan manusia itu sangat terbatas. Manusia tidak bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan. 

Maka, hiduplah saat ini dengan secukupnya tanpa harus bersikap berlebihan pada segala sesuatu. Dalam hidup, terkadang Tuhan menyuguhkan momen yang tak terduga. Tujuannya adalah agar kita lihai menakar seperlunya pada apa-apa yang melekat di hati. Tak hanya itu, kehadiran momen yang tak terduga, bisa mengajarkan manusia untuk beradaptasi pada perubahan. Berusaha segala cara demi perubahan hidup terasa nyaman. Berdaya upaya agar menghargai, menikmati, dan menyukai momen yang datangnya tak terduga. Kita semua pasti bisa.

#30DWC

Standard

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s