Semilir angin
Menjelang inekari
Harum semerbak
(Haiku by @heningperwita)

Di Negeri Matahari Terbit, September menandai pergantian musim gugur dan musim panen tradisional di mana adat setempat seperti “tsukimi” (melihat bulan) dan “inekari” (memanen padi) berlangsung di seluruh Jepang. Beberapa lahan pertanian padi memberikan kesempatan pada pengunjung untuk bergabung mempelajari tradisi memanen padi.
Pemanenan padi dilakukan secara manual dengan arit atau sabit, alat pemanen modern, dan bahkan dengan menggunakan kombinasi keduanya. Sebagian besar beras dipanen antara bulan September dan Oktober di seluruh Jepang, karena inilah suhu yang tepat sebelum musim dingin tiba. Khusus untuk wilayah Okinawa (pulau Jepang paling selatan) menghasilkan dua kali panen dalam setahun.
Di musim gugur ini pula, terkadang sekolah-sekolah Jepang mengadakan inekari taiken atau perjalanan memanen padi. Kegiatan ini cukup umum bagi sekolah untuk mengenalkan pada anak-anak bahwa beras menjadi komoditi yang sangat penting di Jepang, baik dalam budaya tradisional maupun makanan modern, sehingga kurikulum nasional menetapkan bahwa siswa harus belajar tentang budidaya padi.
Saat inekari tiba, padi telah mengering dan padat dengan warna emas menggemaskan. Setiap tangkai merunduk ke bawah, akibat beratnya bulir biji-bijian yang matang. Harum batang padi pun semerbak mewangi. Ditambah pula dengan hembusan semilir angin yang turut mengirim harum aroma padi. Sungguh sempurna ciptaan-Nya.
Biji-bijian padi itu di Jepang disebut dengan momi. Setelah biji ini dikuliti, maka menjadi kome. Jika sudah matang menjadi nasi, maka disebut gohan. Namun saat disajikan dengan lauk makanan (terutama resep dari luar negeri), dalam hal ini disebut dengan raisu (kata serapan dari rice).
Waktu inekari adalah waktu yang sempurna untuk hewan-hewan bermunculan. Ada katak, kamakiri (belalang sembah), jangkrik, belalang, dan serangga yang lain. Dulunya, serangga ini merupakan sumber protein yang penting, terutama di daerah pegunungan Jepang. Anak-anak diharapkan berburu belalang setelah panen padi dan ibu mereka akan memasak hasil tangkapan mereka menjadi inago tsukudani. Makanan yang diawetkan, dibuat dengan merebus belalang dengan kecap, gula, dan sake.