Self-Improvement

Setan yang Bernama Insecure

Sebuah unggahan seorang teman lewat di timeline media sosialku. Rasanya aku sudah lama tak membaca update darinya. Di unggahan yang lewat ini, dia mengatakan sedang mengobati dirinya, untuk lebih mencintai diri sendiri juga menyembuhkan pribadinya dari rasa insecure

Aku langsung keheranan. Bagaimana mungkin orang sekelas dia bisa insecure? Bagiku, ia adalah wanita yang perfect. Lulus dari kampus negeri ternama, menjadi wanita karier, dan kini ia adalah seorang PhD student di kampus bergengsi dunia. Sempurna, bukan? 

Jika memakai kacamataku, ia memang terlihat sempurna. Namun nyatanya bagi si pemilik akun, dirinya merasa tidak sempurna. Terbukti dengan adanya rasa insecure dalam dirinya.

Ia yang bagiku terlihat sempurna saja tidak percaya diri. Apa kabar denganku yang orang biasa ini?

Memang manusia itu tak pernah puas. Ada saja cela yang ingin dia laknat. Sebuah sifat buruk yang harus segera dikendalikan juga dilenyapkan. 

Jangan terlalu banyak melihat orang lain. Penyakit ini biasanya akan diikuti dengan kegiatan yang sibuk untuk membandingkan. Cukup lihat apa yang kamu rasa perlu, apa yang kamu rasa penting saja. Hindari godaan untuk selalu kepo kehidupan orang lain.

Sebuah nasihat pernah beredar. Tak pantas kita membandingkan diri dengan orang lain. Hal itu hanya akan menyakiti diri sendiri.

Mengapa tidak fokus saja pada kemajuan diri? Membandingkan diriku yang dulu dengan diriku yang kini. Melakukan refleksi diri, sekiranya kebaikan apa saja yang telah kutanam selama ini. Aku rasa lebih menenangkan jika berkaca untuk diri sendiri. Daripada harus membawa cermin untuk mengintip orang lain, capek!

Manusia, memang tidak pernah puas dengan apa yang ia miliki. Jika ia belum punya sesuatu, maka ia akan mencoba memiliki sesuatu yang dia belum punya. Padahal jika sudah berhasil memilikinya, sebenarnya biasa saja rasanya. 

Manusia, juga menjadi makhluk Tuhan yang paling insecure nomor satu. Padahal Tuhan telah menyebut bahwa manusia adalah ciptaan-Nya yang paling sempurna. Tapi entah kenapa masih banyak manusia yang insecure padahal ia adalah makhluk sempurna?

Tak luput, akupun juga pernah menjadi pribadi yang  insecure. Sebuah keadaan yang sangat memalukan jika diingat mengapa aku bisa sampai insecure. Penyebabnya hanya karena aku beralih profesi. Dari wanita karir menjadi ibu rumah tangga biasa. Sebuah perubahan jati diri yang langsung menurunkan derajatku secara drastis.

Padahal Tuhan sudah menegaskan dimana derajat seorang wanita yang menjadi ibu rumah tangga? Bukankah fitrah seorang wanita adalah di rumah? Allah menjanjikan pahala jihad saat wanita mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Lagi pula, untuk apa malu menjadi ibu rumah tangga jika yang dilayani suami sendiri juga anak sendiri?

Jika aku mengingatnya sungguh memalukan. Bisa ya aku di fase itu? Tuhan memberikan keadaan pada kita tentu sudah diukur oleh-Nya. Tuhan yang paham, kita manusia terbatas pemahamannya. Nyatanya kini saat aku merantau ke Jepang, malah lebih banyak bersyukur dengan menjadi ibu rumah tangga. Banyak pekerjaan domestik yang harus kulakukan dan pasti Tuhan sudah tahu bahwa aku tak akan kuat jika harus bekerja juga di luar rumah. Tuhan sudah jelas memperingatkan. Boleh jadi, kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, boleh jadi, kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu.

Rasa insecure sungguh menjadi setan yang membelenggu manusia. Setan yang bernama insecure ini benar-benar menjadikan manusia sebagai sosok yang berbeda. Dari yang tadinya periang menjadi pendiam. Dari yang tadinya cerewet menjadi menutup diri. Terparah bahkan menjadi pribadi yang menghindar dari keramaian.

Aku pernah di fase itu semua. Aku pernah memisahkan diri dari teman lama. Aku tidak mau bertemu orang. Aku membatasi diri dari pergaulan. Aku ketakutan jika ditanya apa pekerjaanku. Aku takut jika ditanya apakah aku masih menjadi seorang dosen? Aku rendah diri. Apalagi ditambah dengan tekanan dari orang tua sendiri yang menentang keadaanku sebagai ibu rumah tangga biasa.

Maka untukmu yang menemukan anggota keluarga yang sedang bermasalah, empatilah kepada mereka. Kedepankan rasa penerimaanmu padanya. Terima dia yang sedang bermasalah itu, apapun keadaannya. Karena rumah dan keluarga seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk kita kembali terlebih saat suasana duka.

Aku sendiri pernah tertolak oleh orang tuaku yang tidak setuju saat aku berpindah haluan menjadi seorang ibu rumah tangga. Pedih, sakit hati ini. Namun aku tetap berpegang teguh, jika memang tidak aku dapatkan kenyamanan itu dari keluarga kandungku sendiri, akupun masih bisa mendapatkannya dari orang lain.

Aku mulai bergerak mengumpulkan orang-orang yang hanya mau mendukungku. Karena memang aku butuh itu. Lewat mereka yang mendukungku, aku mulai lagi menggali potensiku yang masih tertutup di dasar lautan yang dalam.

Pelan tapi pasti aku menemukan cara baru, menemukan kesibukan baru. Jika biasanya aku datang ke kampus, mengajar, mengikuti conference, maka dengan berjualan mainan edukasi aku pun sama seperti saat menjadi dosen dulu. Ya aku adalah seorang konsultan. Kegiatan yang mirip saat aku membimbing mahasiswa menyelesaikan skripsinya. Hanya saja, kali ini yang aku bimbing adalah orang tua yang galau memilihkan mainan edukasi untuk anak-anak mereka.

Aku juga mengembangkan sayap untuk berjualan baju dengan niche khusus spesialis baju umroh dan baju jumbo. Customer yang datang adalah mereka yang berkonsultasi tentang produk yang mereka inginkan. Mereka yang akan berangkat umroh dan memerlukan baju syari. Mereka yang memiliki berat badan big size dan kesulitan menemukan baju. Ya, mereka inilah yang aku bimbing, dan aku adalah konsultan mereka. Dari berjualan, aku kembali menemukan peranku.

Orang yang insecure, bisa jadi ia tak lagi memiliki peran, ia tak lagi memiliki jabatan. Dalam dunia psikologi hal ini disebut dengan istilah post power syndrome. Sosok yang tadinya aktif dan banyak kegiatan, mendadak hilang semua sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada dirinya.

Jika demikian yang terjadi, maka penerimaan pada diri adalah hal pertama yang harus kita penuhi. Baru kemudian kita bisa terus mencari dan menggali potensi lain dalam diri kita.

Hidup akan terus berjalan, tugas kita mencari. Yakinlah suatu saat Tuhan mengantarkan kita di jalan pengganti. Biarlah nanti waktu yang akan mengobati seluruh luka kita.

Tak berhenti di kegiatan bisnis online, aku menemukan komunitas menulis dan berhasil membuat buku antologi parenting. Sebuah tema yang aku bisa tuliskan karena aku sendiri mengalaminya saat mengasuh kedua buah hatiku. Seiring waktu berjalan tema buku antologi yang aku ikuti melebar sayapnya, seperti motivasi islami, self-improvement, juga puisi haiku. Aku mendapatkan rasa lega, bahagia, juga rasa bangga dari kegiatan menulis.

Menulis menurut psikolog menjadi sarana untuk healing. Menulis adalah sarana untuk melepaskan isi otak. Menulis adalah sarana untuk menasihati diri sendiri sebelum kita menasihati orang lain. Menulis adalah untuk kebermanfaatan. Dengan menulis, kita bisa berkontemplasi. Inilah makanan yang bagus untuk pengobatan jiwa yang pernah terluka.

Kawan, insecure bisa kita obati dengan cara menemukan hal yang membuat kita bahagia dan kembali berprestasi. Dua hal inilah yang akan membangkitkan kembali rasa percaya diri kita.

Jika tertutup satu potensi dalam dirimu, tenang, masih ada potensi lain yang belum tergali. 

Jika setan yang bernama insecure itu hinggap di jiwamu, coba pejamkan mata. Ingat kembali apa saja nikmat Tuhanmu yang pernah kamu dapat?

Perbanyaklah bersyukur, bukan insecure.

Standard

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s